Wajah senang dan penuh sumringah terpancar dari Muhammad Haris Busro Latif usai
mendapatkan tanda kelulusan dan menerima ucapan selamat dari Menteri Agama
(Menag) Suryadharma Ali.
Remaja usia 17
tahun ini mendapatkan apresiasi setelah ditetapkan sebagai santri Hafiz Quran
lulusan Pondok Pesantren Sulaimaniyah Jakarta dengan waktu penghafalan Alquran
30 juz sangat cepat, yakni hanya 4 bulan 20 hari.
Ketika ditemui
Republika usai menerima tanda kelulusan di Kantor Kementerian Agama (Kemenag),
Kamis (22/8). Remaja yang biasa disapa Haris itu tidak bisa menutupi
kebahagiaannya.
Pasalnya, ia
merupakan satu dari delapan lulusan Hafidz Quran Pondok Pesantren Sulaimaniyah
angkatan ke-6, yang berpredikat
penghafal tercepat. Sedangkan 37 santri lulusan lainnya memiliki lama waktu
menghafal Alquran 30 juz yang berkisar 8 bulan hingga lebih dari satu tahun.
Haris mengakui memang
banyak cobaan untuk menghafalkan Al Quran 30 juz selama 4 bulan. "Awalnya
memang sangat susah, namun berkat kesungguhan dan metodologi Turki Usmani yang
diajarkan di pondok, Alhamdulillah saya bisa menghafal 30 juz dalam 4 bulan 20
hari," tuturnya.
Untuk menjaga
kualitas hafalan, Ia menghindari berbagai hal yang dapat merusak kualitas
hafalannya. Ia mengakui dalam waktu satu bulan ia bisa menghafal lebih dari
lima juz, dan itu tergantung dari panjang pendeknya surah.
Remaja asal
Mojokerto ini itu terlihat sangat senang . Ia dan 45 santri Hafidz Quran
lulusan pesantren Sulaimaniyah pada Kamis malam itu juga langsung
diberangkatkan ke Turki.
Haris yang
sempat menimba ilmu agama di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah, Mojokerto ini
bersama 45 santri lulusan lainnya mendapatkan beasiswa dari pemerintah Turki.
Beasiswa yang
hanya dikhususkan bagi santri penghafal Quran ini, diberikan pemerintah Turki
atas bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Islam, Kemenag dengan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam di Indonesia
(UICCI). Haris memiliki cita-cita besar setelah mengenyam pendidikan lanjutan
di Istanbul Turki selama dua tahun. Ia berkeinginan menjadi hafidz Quran
sekaligus pendakwah yang berkualitas di Indonesia.
Ia pun tidak
keberatan apabila keputusan dari UICCI untuk ditugaskan berdakwah di luar
negeri sekembalinya di Indonesia. Namun ia berharap kemampuan hafalan Quran dan
ilmu keislamannya akan berguna lebih besar bagi umat Islam di Indonesia.
Sumber: Republika
Sumber: Republika
Write a comment
Catat Ulasan