Jombang, NU
Online | Pengasuh Pondok
Pesantren Al-Aqobah Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang Kiai Ahmad
Kanzul Fikri menyoroti sebutan yang kurang tepat untuk para penghafal Al-Qur'an
di Indonsia. Selama ini para penghafal Al-Qur'an dipanggil hafiz atau hafizah.
Padahal istilah yang lebih tepat menurutnya adalah hamilul qur'an.
"Hamilul
qur'an itu artinya orang yang membawa Al-Qur'an. Orang seperti ini tidak pernah
meninggalkan kitab suci dalam keadaan apapun dan dimana pun. Membaca dan
mengkaji Al-Qur'an adalah kebutuhan hidup bagi orang model ini. Sehingga kurang
tepat kalau dipanggil hafiz atau hafizah. Tapi di Indonesia sudah jadi umum dan
dianggap benar," jelasnya, Ahad (5/8).
Ia menambahkan
hamilul qur'an bearti orang-orang yang benar-benar menjadi pemandu al-Qur'an,
baik secara lafdzan wa ma'nan wa 'amalan (hafal teksnya, paham artinya dan
mengamalkan isinya). Sehingga ia lebih memilih idiom hamilul qur'an daripada
hafizul qur'an karena kedalaman maknanya.
Sebagaimana
seorang ibu yang tengah hamil, para hamilul qur'an sedikitpun tidak melupakan atau
bahkan menduakan keistiqomahannya bersama al-Qur'an. Sama seperti seorang ibu
yang selalu membawa janinnya kapanpun dan kemanapun ia pergi, tidak boleh acuh
atau bahkan menggugurkannya.
"Tingkatan
ahli qur'an itu ada yang lafdzan saja, yaitu suka baca Al-Qur'an dan
kemana-mana baca quraan. Tingkatan kedua yaitu wa maknan, Dimana seorang itu
tidak hanya membaca saja tapi juga memahami makna Al-Qur'an. Terakhir yaitu
tingkatan mengamalkan isi Al-Qur'an," ujarnya.
Pria yang biasa
dipanggil Gus Fikri mengatakan berjuang membawa Al-Qur'an memang berat dan
butuh kesabaran tinggi. Banyak godaan yang menghalangi peserta didik untuk
tidak mendatangi majelis TPQ. Seperti main game, nonton televisi dan
berselancar di dunia maya.
"Godaan
yang menghalangi anak untuk belajar quraan semakin besar. Banyak yang malas
ngaji, jadi tidak mengherankan ada anak tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA yang
tidak bisa baca tulis Al-Qur'an. Bahkan ada yang sampai kuliah tidak bisa ngaji
Al-Qur'an," beber Gus Fikri
Padahal lanjut
Gus Fikri, untuk membentuk karakter seseorang harus didasari dengan Al-Qur'an.
Sebab nabi Muhammad SAW akhlaknya adalah Al-Qur'an. Dalam istilah lain kitab
suci berjalan.
"Sahabat
pernah tanya ke istri Nabi SAW bernama Aisyah bagaimana akhlak Nabi. Saat itu
Aisyah menjawab akhlak nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur'an. Seharusnya umat
Islam meniru Nabi Muhammad SAW," pungkasnya. (Syarif Abdurrahman/Fathoni)
Sumber: NU Online
Sumber: NU Online
Write a comment
Catat Ulasan